Ketika Hati Sedang Diuji (2)


Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillah, pada kesempatan kali ini saya masih diberi waktu oleh Allah SWT. untuk berbagi cerita tentang bagaimana saya perlahan-lahan atas pertolongan dari Allah tentunya dapat menjalani kehidupan yang tadinya sungguh melelahkan pikiran, entah apa yang akan terjadi jika Allah tidak menolong saya. Beban hidup yang sungguh berat aku rasakan. ini ujian atau azab yang aku dapatkan, entahlah aku tak tahu. Namun aku tetap optimis dan berusaha berbaik sangka kepada Allah SWT. Musibah sili berganti datang seolah-olah tiada henti.

Aku bukanlah orang yang penyabar, aku rasanya tak sanggup menanggung hidup penuh dengan penderitaan, hutang yang lumayan cukup banyak, lantaran daganganku terus merugi setiap harinya, membuat aku menjadi bingung dan apa yang harus aku lakukan, aku tak tahu. Sebagaiman telah aku ceritakan pada postingan beberapa hari yang lalu. Bagi saudara yang belum membacanya, silakan KLIK DISINI.


Ketika anak kedua kami lahir dengan cara operasi cesar, karena mengalami pendarahan yang cukup banyak, kemudian Dokter rumah sakit itu (RSUD BARI Palembang) memindahkan istri saya ke ruang ICU. Waktu itu seminggu lagi mau Lebaran (Idul Fitri). Saudara mungkin tahu, bahwa pada hari-hari itu adalah sumber rezeki yang sangat dinantikan, karena saya yang tadinya adalah seorang pedagang pakaian menunggu hari-hari yang dinantikan itu, namun apalah daya saya tak merasakannya karena saya harus menemani istri saya setiap hari yang tidak mungkin saya tinggalkan dalam keadaan koma dirumah sakit. Alhamdulillah, walau tidak mendapat keuntungan dalam berdagang, tetapi Allah telah memberikanku permata yang indah, yaitu kelaHIRAN anak kami dan yang terutama adalah keselamatan istri yang saya cintai. Itulah keuntungan yang saya dapatkan, yaitu kasih sayang Allah SWT.

Saudaraku, rupanya ujian yang saya terima tidak berhenti disini saja. Setelah anak kedua kami yang diberi nama Ahmad Zaki Athoillah berusia 40 hari terkena penyakit hernia. Pada waktu itu saya tak terlalu memikirkannya, karena saya menganggap akan hilang dengan sendirinya. Satu tahun lebih anak kedua kami menanggung penyakit itu, jika ia menangis penyakit itu semakin membesar dan berwarna merah. Sayapun berusaha membawanya ketempat pengobatan alternatif. Uang yang saya keluarkan untuk kesembuhan anak kami juga lumayan cukup besar, namun semua itu sia-sia. Penyakitnya tak sembuh juga. Dalam keadaan yang demikian akupun menyerah, karena saya tidak memiliki uang lagi, daganganku terus mengalami kemunduran, modalpun habis dimakan dan biaya berobat anak kami. Belum lagi angsuran bank harus dibayar. Sungguh aku mengalami kehidupan yang pahit. Rumah tanggaku hampir saja berantakan. Aku tak tahu harus berbuat apa lagi.. Bingung...Bingung... Tak ada jalan keluar.

Sekali lagi aku ucapkan Alhamdulillah, setiap kesulitan didalamnya terdapat kemudahan itulah yang aku rasakan. Atas kesabaran yang Allah berikan. berkat seorang sahabat yang menceritakan perihal penyakit anak kami kepada seeorang yang sungguh mulia hatinya. Sudi dengan mengulurkan tangan menyuruh aku untuk membawa kerumah sakit dan membiayai semua biaya operasi anak kami. Semoga Allah memberi balasan pahala dan memberikan tempat yang mulia kepadanya. Amin....

Permasalahan yang baru kemudian datang lagi, Daganganku diambang kebangkrutan dan akhirnya benar-benar bangkrut. Kegoncangan dalam rumah tanggapun mulai terasa. Hutang di bank harus dibayar, makanpun menjadi keharusan. Akupun kembali bekerja sebagai buruh dipasar. Penghasilan yang kurang dari cukup tak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari apalagi untuk membayar hutang setiap bulannya. (Insya Allah kita akan lanjutkan dilain kesempatan)

Post a Comment

0 Comments