Kisah Urwah Bin Zubair Melawan Sakit dengan Zikir, Hasilnya...(Bagian 2 Habis)



Ketika dokter bedah datang membawa segala peralatan untuk mengamputasi kakinya, dokter tersebut berkata pada urwah, “Menurutku engkau harus meminum sesuatu yang memabukkan supaya tidak merasa sakit ketika kaki dipotong.”

Urwah menolak, “Tidak, itu tidak mungkin. Aku tidak akan menggunakan sesuatu yang haram terhadap kesembuhan yang aku harapkan”. Dokter itu berkata lagi, “Kalau begitu, aku akan membiusmu.”


Urwah berkata “Aku tidak ingin kalau ada satu dari anggota tubuhku yang diambil, sedangkan aku tidak merasakan sakitnya. Aku hanya mengharap pahala di sisi Allah atas hal ini.”

Ketika proses pembedahan hendak dimulai, datanglah beberapa orang kepada Urwah. Urwah berkata “Untuk apa mereka datang?”.

Ada yang menjawab “Mereka didatangkan untuk memegangmu, barangkali engkau merasakan sakit yang amat sangat, lalu menarik kaki dan akhirnya akan membahayakan dirimu sendiri.”

Urwah menimpali, “Suruh mereka kembali, aku tidak membutuhkan mereka dan merasa cukup dengan zikir dan tasbih yang aku ucapkan.”

Kemudian dokter mendekatinya dan mulai mengamputasi dagingnya dengan alat bedah, lalu sampai ke tulang. Dokter menggunakan gergaji untuk mengamputasinya, sementara Urwah berkata, “La ilaha Illallah, wallahu Akbar”.

Dokter terus mengamputasinya, dan Urwah, bibirnya terus mengucapkan tahlil dan takbir hingga kaki Urwah terpotong, kemudian dipanaskan minyak dalam bejana besi. Kemudian kakinya dicelupkan ke dalamnya untuk menghentikan pendarahan dan menutup luka.

Ketika itulah, Urwah pingsan sekian lama dan menghalanginya untuk membaca Alquran pada hari itu. Ketika sadar, Urwah meminta potongan kakinya lalu mengelus dan menimangnya seraya berkata:

“Sungguh, demi zat yang mendorongku untuk mengajakmu berjalan di tengah malam menuju masjid, Dia Maha mengetahui bahwa aku tidak pernah sekali pun membuatmu berjalan kepada hal yang haram.”

Demikian dikutip dari laman Tebuireng sebagaimana dipaparkan mahasiswa Universitas Hasyim Asy’ari Jombang, Zulfikri, yang disarikan dari buku 101 Kisah Tabi’in (2006:681).

Post a Comment

0 Comments