Kisah Samiri Apakah Samiri adalah Dajjal?

Samiri adalah pengikut Nabi Musa ‘Alaihissalam yang membangkang dan membuat patung anak lembu emas sehingga mendorong Bani Israel ke dalam penyembahan berhala.

Pendapat bahwa Samiri adalah Dajjal, dipopulerkan oleh Muhammad Isa Dawud. Tetapi pendapat ini tidak memiliki landasan dari Qur’an maupun hadits.

Sumber Israiliyat

Kisah Samiri sendiri merupakan bagian dari sejarah Bani Israel, sehingga perincian kisahnya dapat merujuk ke Sumber Israiliyat.

Namun Sumber Israiliyat harus dipilah, ada yang dapat diterima dan ada yang harus ditolak.

Contoh yang harus ditolak adalah versi Sumber Israiliyat bahwa Nabi Harun ‘Alaihissalam yang membuat patung anak lembu emas. (Kitab Keluaran 32:2–5)

Al Qur’an membantah versi tersebut, dan menyatakan bahwa Nabi Harun sudah meminta Bani Israel untuk mengikutinya, tidak menyembah patung anak lembu.

Tetapi Bani Israel beralasan bahwa mereka menunggu kedatangan Nabi Musa untuk memutuskan perkara tersebut. (QS. Thaha: 90–91)

Walau versi Sumber Israiliyat tentang pembuat patung anak lembu harus ditolak, namun ada keterangan dalam Sumber Israiliyat mengenai sosok Samiri, yaitu Zimri bin Salu.

Zimri bin Salu

Kisah ini bermula saat Bani Israel hendak memasuki tanah Kanaan. Raja Balak dari Kerajaan Moab yang takut terhadap Bani Israel, kemudian meminta bantuan ulama dari Pethor, yaitu Balaam bin Beor.

Raja Balak meminta Balaam untuk berdoa mengutuk Bani Israel,

“Sebab aku tahu: siapa yang kauberkati, dia beroleh berkat, dan siapa yang kaukutuk, dia kena kutuk.” (Kitab Bilangan 22:6)

Balak membawa Balaam ke puncak Gunung Pe’or sehingga dapat melihat Bani Israel di dataran di bawahnya.

Tetapi Balaam malah mendoakan keberkatan untuk Bani Israel, dan menyampaikan ramalan akan kehancuran Moab dan musuh Bani Israel lainnya. (Kitab Bilangan 24:2–19)

Namun demikian, Balaam memberi tahu Balak cara agar Bani Israel melakukan dosa, yaitu melalui godaan perempuan. (Kitab Bilangan 31:16)

Ketika Bani Israel memasuki wilayah Moab, terjadilah perzinahan dengan perempuan Moab. Perempuan-perempuan itu lalu mengajak mereka kepada berhala Moab. (Kitab Bilangan 25:1–2)

Salah satu Bani Israel yang berzina dengan perempuan Moab adalah Zimri (Samiri). Samiri berzina dengan Kozbi binti Zur, anak perempuan seorang kepala kaum di Moab. (Kitab Bilangan 25:14–15)

Narasi kisah ini sesuai dengan hadits Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam,

فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ “Sesungguhnya fitnah yang pertama kali terjadi pada Bani Israel adalah karena wanita.” (HR. Muslim)[1]

Hanya Patung Biasa

Ibnu Katsir saat membahas Surat Thaha ayat 88 mengutip Ibnu Abbas bahwa patung anak lembu itu tidak bersuara. Suara patung tersebut karena angin masuk dari duburnya dan keluar dari mulutnya.[2]

Samiri membuat patung tersebut berdasarkan teknik yang dipelajarinya dari bangsa Moab.

Dalam kitab-kitab tafsir, umumnya ada dua penafsiran terhadap kalimat فَقَبَضْتُ قَبْضَةً مِّنْ اَثَرِ الرَّسُوْلِ (QS. Thaha: 96).

Pertama, اَثَرِ الرَّسُوْلِ adalah jejak kuda malaikat Jibril.

Kedua, اَثَرِ الرَّسُوْلِ adalah ajaran atau syariat Nabi Musa.

Pendapat pertama adalah perkara ghaib (terkait malaikat) sehingga membutuhkan landasan dari Qur’an atau hadits.

Sedangkan pendapat kedua memiliki kesesuaian dengan konteks keseluruhan ayat.

قَالَ بَصُرْتُ بِمَا لَمْ يَبْصُرُوْا بِهٖ

Dia (Samiri) menjawab, “Aku mengetahui sesuatu yang tidak mereka ketahui.”

Maksudnya adalah Samiri mengetahui teknik pembuatan berhala, yang dapat mengeluarkan suara, dari bangsa Moab.

فَقَبَضْتُ قَبْضَةً مِّنْ اَثَرِ الرَّسُوْلِ فَنَبَذْتُهَا “Jadi aku ambil segenggam jejak rasul lalu aku melemparkannya.”

Maksudnya adalah Samiri hanya mengambil sebagian kecil ajaran atau syariat Nabi Musa, lalu membuangnya.

وَكَذٰلِكَ سَوَّلَتْ لِيْ نَفْسِيْ “Demikianlah nafsuku membujukku.” (QS. Thaha: 96)

Maksudnya adalah Samiri melakukannya karena menginginkan nikmat dunia dari penyembahan berhala, sebagaimana yang didapat tokoh-tokoh agama penyembah berhala dari Moab.

Bukan Dajjal

Al Qur’an kemudian menyebutkan bahwa Samiri mendapat hukuman pengucilan, suatu penyakit yang membuatnya tidak boleh disentuh atau menyentuh manusia. (QS. Thaha: 97)

Sehingga Samiri bukanlah Dajjal. Selain karena tidak ada dalil dari Qur’an maupun hadits, juga karena Samiri sepanjang hidupnya di dunia sudah tidak dapat lagi berinteraksi dengan manusia.

Wallahu A’lam

Sumber: Islampedia.id

Post a Comment

0 Comments